RASULULLAH S.A.W. DAN UANG 8 DIRHAM

RASULULLAH S.A.W. DAN UANG 8 DIRHAM


Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud belanja. Dengan bekal uang 8 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang wanita yang sedang menangis. Beliau sempatkan bertanya kenapa menangis. Apakah sedang ditimpa musibah ? 

Perempuan itu menyampaikan bahwa ia adalah seorang budak yang sedang kehilangan uang sebesar 2 dirham. Ia menangis sangat takut didera oleh majikannya. Dua dirham dikeluarkan dari saku Rasulullah untuk menghibur perempuan malang tersebut. Kini tinggal 6 dirham. Beliau bergegas membeli gamis, pakaian kesukaanya. Akan tetapi baru beberapa langkah dari pasar, seorang tua lagi miskin setengah teriak berkata, "Barang siapa yang memberiku pakaian, Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah memeriksa laki-laki tersebut. Pakaiannya lusuh, tak pantas lagi dipakai. Gamis yang baru dibelinya dilepas dan diberikan dengan sukarela kepadanya. Beliau tak jadi memakai baju baru. 

Dengan langkah ringan beliau hendak segera pulang. Akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini beliau menjumpai perempuan yang diberi dua dirham tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. 

Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Rasulullah diutus di dunia untuk mengadakan pembelaan terhadap rakyat jelata. Dengan senang hati beliau antarkan perempuan tersebut ke rumah majikannya. Sesampainya di rumah, beliau ucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah. Nampaknya semua penghuni rumah tersebut adalah perempuan. 



Ketika ditanya kenapa salam beliau tidak dijawab, pemilik rumah itu mengatakan sengaja melakukannya dengan maksud didoakan Rasulullah dengan salam tiga kali. Selanjutnya Rasulullah menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengantar perempuan yang menjadi budak tersebut karena takut mendapat hukuman. Rasulullah kemudian menyampaikan, "Jika perempuan budak ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya." Mendengar ucapan Rasulullah in penghuni rumah terkesima. 

Mereka merasa mendapat pelajaran yang sangat berharga dari baginda Rasulullah. Karena secara refleks mereka menyampaikan, "Budak belian ini merdeka karena Allah." Betapa bahagianya Rasulullah mendengar pernyataan itu. Beliau sangat bersyukur dengan uang 8 dirham mendapat keuntungan ribuan dirham, yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, "Tiadalah aku melihat delapan dirham demikian besar berkatnya dari pada delapan dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian." 

Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. "Bahwanya Allah menolong hanba-Nya, selama ia menolong saudaranya."

Cerita ini dikongsi oleh: AHMAD TEJARI OTHMAN

Cari Redha Allah Bukan Redha Manusia

Cari Rheda Allah Bukan Redha Manusia


Tazkirah...

Jangan berbangga dgn solat, puasa dan zikir yg banyak kerana semua itu belum tentu membuatkan Allah reda.



Justeru, apa yg membuatkan Allah reda?

Nabi Musa AS, "Wahai Allah, aku telah melaksanakan ibadah. Lalu manakah ibadahku yg membuatkan Engkau reda?"

Allah SWT, "Solat? Solatmu itu utk dirimu sendiri, kerana dgn mengerjakan solat, engkau terpelihara drp perbuatan keji dan munkar."

"Zikir? Zikirmu itu hanya utk dirimu sendiri, membuatkan hatimu menjadi tenang."

"Puasa? Puasamu itu utk dirimu sendiri, melatih dirimu utk memerangi hawa nafsumu sendiri."

Nabi Musa AS, "Lalu ibadahku yg manakah yg membuatkan Engkau reda ya Allah?"

Allah SWT, "Sedekah, infaq, zakat dan perbuatan baikmu. Itulah yg membuatkan Aku reda, kerana ketika engkau membahagiakan orang yg sedang susah, Aku hadir di sampingnya. Dan Aku akan menggantikannya dgn ganjaran 700 kali ganda." Surah Al-Baqarah ayat 261 hingga 262.

Apabila kamu sibuk dgn ibadah yg lazim dan berbangga dgnnya, maka itu tandanya kamu hanya mencintai dirimu sendiri, bukannya Allah.

Tetapi, apabila kamu berbuat baik dan berkorban utk orang lain, maka itu tandanya kau mencintai Allah dan tentu Allah reda kerananya.

Buatlah perkara yg Allah reda maka Allah akan limpahkan rahmat-Nya dgn membuatkan hidupmu lapang dan bahagia.

Kitab Mukasyafatul Qulub, karya Imam Al-Ghazali

Ahbab Darulhasani

Selamat beramal.

Dikongsi Oleh: Ustaz Nizam SKPP

Kisah Penggali Kubur Bersetubuh Dengan Mayat

Gambar Hiasan

Kisah Penggali Kubur Bersetubuh Dengan Mayat

“Ya Allah, aku adalah hambaMu yang telah berbuat dosa besar. Sekarang aku datang ke pintuMu, agar Engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasihMu. Sungguh Engkau Maha Pemurah kepada hamba-hambaMu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepadaMu….”

Kisah seorang pemuda penggali kubur ini diambil dari Kitab Mukasyafah Al Qulub Karangan Imam Ghazali.

Diriwayatkan bahwa pada zaman Rasulullah s.a.w, Umar bin Khaththab, salah seorang sahabat terdekat Rasullulah s.a.w menangis di depan pintu rumah Rasulullah s.a.w. Mendengar suara Umar bin Khaththab berada di luar, maka Rasulullah s.a.w segera keluar dan bertanya kepada Umar bin Khaththab, “Wahai Umar mengapa engkau menangis?”

Kemudian Umar menjawab: “Wahai Rasulullah, bersamaku ada seorang pemuda yang telah membuat hatiku sedih dengan tangisnya.”

Lalu Rasulullah s.a.w memerintahkan Umar agar membawa masuk anak muda tersebut ke dalam. Atas perintah tersebut, Umar bin Khaththab lalu mengajak pemuda yang datang bersamanya sambil keduanya tetap menangis.

Pemuda itu disuruh duduk di depan Rasulullah s.a.w dan Umar Ibnu Khaththab duduk di sebelahnya. Rasulullah s.a.w kemudian bertanya: “Wahai pemuda, mengapa engkau menangis?”

Pemuda itu menjawab sambil tetap menangis: “Wahai Rasulullah, dosaku sangat besar dan aku takut Allah memurkaiku…”

“Apakah engkau telah menyekutukan Allah dengan sesuatu?” tanya baginda s.a.w.

“Tidak, ya Rasul,” sahut pemuda itu sambil tetap menangis.

“Apakah engkau telah membunuh seseorang dengan alasan yang tidak benar?” Rasulullah s.a.w kembali bertanya.

“Tidak ya Rasul,” sahut pemuda itu sambil terus menangis.

Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: “Sungguh, dosamu sebesar apa pun, Allah akan mengampuninya, sekalipun memenuhi langit dan bumi.”

“Sungguh dosaku lebih besar dari itu, ya Rasul,” sahut pemuda itu.

“Apakah besar dosamu melebihi Arasy? Besar mana dengan Arasy?” tanya baginda s.a.w lagi.

“Dosaku sangat besar, ya Rasulullah.”

“Lalu besar mana dosamu dengan keagungan, ampunan, dan rahmat Allah?” tanya Rasulullah s.a.w.

“Tentu keagungan, ampunan, dan rahmat Allah lebih besar. Tetapi dosaku sangat besar, ya Rasulullah” jawabnya masih dalam keadaan menangis terisak-isak.

Karena kurang mengerti maksud pengakuan dari pemuda itu, akhirnya Rasulullah s.a.w mendesaknya, “Cobalah katakan dosa apa yang pernah engkau perbuat?”

“Aku malu menyebutnya, ya Rasulullah…” kata si pemuda itu.

Karena Rasulullah s.a.w terus mendesak pemuda itu untuk mengatakan dosanya secara jujur. Maka dengan perasaan malu dan takut, pemuda itupun menceritakan dosa yang dilakukannya.

“Wahai Rasulullah, aku ini seorang penggali kubur, sejak tujuh tahun lalu. Hingga meninggalnya puteri dari seorang sahabat Ansar. Melihat kecantikan dan kemontokan tubuhnya, nafsu birahiku memuncak. Setelah kuburan sepi, ku bongkar kuburnya dan ku telanjangi mayat gadis itu. Setelah ku cumbui, nafsu berahiku tak dapat ku tahan, lalu ku setubuhi. 

Saya terkejut, tiba-tiba mayat gadis itu berkata, “Tidakkah engkau malu kepada Allah, pada hari Allah menghukum orang-orang yang berbuat zalim, sementara engkau menelanjangiku dan menyetubuhiku diantara orang-orang yang telah mati. Engkau membuatku dalam keadaan junub di hadapan Allah!”

Mendengar pengakuan dari si pemuda itu, Rasulullah s.a.w segera bangkit berdiri dan meninggalkannya, seraya berseru: “Hai pemuda fasik, pergilah! Jangan engkau dekati aku! Nerakalah tempatmu kelak!”

Pemuda itu pun segera keluar meninggalkan rumah Rasulullah s.a.w seraya menangis. Dia berjalan dengan arah tak menentu keluar kampung. Sampailah dia di padang pasir yang luas lagi panas. Tujuh hari lamanya ia tidak makan dan minum karena penyesalan dan kesedihan yang sangat mendalam hingga lemahlah keadaan tubuhnya tak kuasa lagi berjalan, lalu kemudian jatuh tersungkur di tempat itu. Di atas pasir ia bersujud kepada Allah, lalu berdoa dan memohon ampunanNya dalam tangisnya.

“Ya Allah, aku adalah hambaMu yang telah berbuat dosa besar. Sekarang aku datang ke pintu-Mu, agar Engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasih-Mu. Sungguh Engkau Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Mu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepadaMu. Ya Allah Tuhanku, sudilah menerima kehadiranku, kalau tidak datangkanlah api-Mu dari sisi-Mu, dan bakarlah tubuhku dengan api-Mu di dunia ini, daripada Kau bakar tubuhku di akhirat nanti.”

Setelah itu Malaikat Jibril a.s datang kepada Rasulullah s.a.w. Usai menyampaikan salam dari Allah, Jibril a.s berkata: “Wahai Muhammad, Allah s.w.t bertanya kepadamu, “Apakah engkau yang menciptakan makhluk?”

“Bahkan Dialah yang menciptakan diriku dan mereka,” jawab Rasulullah s.a.w.

“Apakah engkau memberi rezeki kepada mereka?” tanya Jibril a.s.

Rasulullah s.a.w menjawab: “Bahkan Dia memberi rezeki padaku dan mereka.”

“Apakah engkau menerima taubat mereka?” tanya Jibril a.s untuk kali yang sekiannya.

“Bahkan Dia yang berhak menerima taubat dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya” ujar Rasulullah s.a.w.

Jibril a.s lalu berkata, Allah berfirman kepadamu; “Telah datang kepadamu seorang hamba-Ku dan dia menerangkan satu dosa dari beberapa dosanya, maka kamu berpaling (marah) kepadanya dari dosanya, maka bagaimana keadaan orang-orang mukmin kelak, apabila mereka datang dengan dosa yang banyak lagi besar ibarat gunung yang besar? 

Engkau adalah utusan-Ku yang Aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam. Maka jadilah kamu orang yang sayang menyayangi pada semua orang yang beriman, menjadi penolong bagi orang-orang yang telah berdosa dan memaafkan keterlanjuran dan kesalahan mereka (hamba-Ku); karena sesungguhnya Aku telah mengampunkannya (menerima taubatnya) dan dosanya.”

Kemudian Rasulullah s.a.w. mengutus beberapa orang sahabat, maka mereka temui pemuda tersebut lalu memberikan khabar gembira kepadanya dengan maaf dan ampunan-Nya. Lalu mereka membawa pemuda tersebut berjumpa Rasulullah yang mana ketika itu beliau (Rasulullah) sedang menunaikan sembahyang Maghrib, dan merekapun bermakmum di belakangnya.

Ketika Rasulullah s.a.w. membaca surah Al Fatihah yang dilanjutkan dengan surah At-Takaatsur (Al Haakumuttakaatsur), sesampai baginda membaca ‘Hattaa Zurtumul Maqaabir’ (Kamu telah dilalaikan sehingga kamu masuk kubur), maka berteriaklah pemuda itu dengan keras sekali langsung jatuh. Ketika mereka selesai sembahyang, mereka dapati pemuda itu telah meninggal dunia. Mudah-mudahan Allah Taala membelas kasihaninya.

Sumber/Kredit: kisahteladan.web.id

Rabiatul Adawiyah Wanita Sufi

Rabiatul Adawiyah Wanita Sufi


Rabiah Basri atau lebih dikenali sebagai Rabiah al-Adwiyah atau Rabiatul Adawiyah adalah antara salah seorang wanita yang awal memeluk agama Islam. Beliau telah meninggalkan segala-galanya yang bersifat duniawi dan mengabadikan sepenuhnya dirinya kepada Allah سبحانه وتعالى.

Rabiatul Adawiyah telah dilahirkan dalam sebuah keluarga yang miskin. Mempunyai empat orang adik beradik. Kelahirannya telah diliputi bermacam-macam cerita yang pelik. Pada malam beliau dilahirkan, di rumahnya tidak mempunyai apa-apa bahkan minyak untuk menyalakan lampu pun tiada. Malahan sehelai kain untuk membalut dirinya apabila dilahirkan kelak juga tidak ada.

Ibu Rabiah meminta ayahnya supaya meminjam pelita minyak daripada jiran mereka. Ini merupakan cubaan bagi si ayah yang malang itu.

Sebelum itu ayahnya telah berjanji kepada Allah سبحانه وتعالى untuk tidak meminta pertolongan dari sesiapa. Oleh kerana keadaan terdesak maka ayahnya pun terpaksa pergi juga ke rumah jirannya.

Sebaik saja tiba di rumah jirannya, ayahnya terus mengetuk pintu rumah jirannya itu. Malangnya tiada jawapan pun dari dalam rumah itu. ayahnya berasa lega dan mengucap syukur kepada Allah سبحانه وتعالى kerana tidak ingkar pada janjinya. Kemudian ayahnya pun pulang ke rumahnya dan terus tidur dipembaringan.

Pada malam itu ayahnya bermimpi bertemu Nabi Muhammad ﷺ. Dalam mimpinya itu Nabi Muhammad ﷺ telah memberikan tanda kepadanya dengan menyatakan bahawa anaknya yang bakal dilahirkan itu telah ditakdirkan akan menduduki tempat paling tinggi di sisi Allah سبحانه وتعالى.

Tidak berapa lama selepas Rabiatul Adawiyah dilahirkan kedua-dua ibu bapanya telah meninggal dunia, manakala ketiga-tiga orang kakaknya turut meninggal dunia akibat kelaparan yang melanda Basra ketika itu. Rabiatul kemudiannya dipelihara oleh seorang lelaki yang kejam.

Seterusnya Rabiah telah dijual sebagai hamba dengan harga yang rendah kepada majikan yang sangat bengis. Dalam usia yang masih muda, beliau telah menghabiskan waktunya dengan melaksanakan segala perintah tuannya. Manakala sebelah malamnya beliau sentiasa berdoa ke hadrat IIiahi.

Pada suatu malam, majikannya telah melihat tanda kebesaran rohani Rabiatul Adawiyah iaitu ketika Rabiah berdoa kepada Allah سبحانه وتعالى katanya:

“Ya Allah! Dikau telah menjadikan aku budak belian seorang manusia sehingga aku terpaksa mengabadikan diriku kepadanya. Seandainya aku bebas, pasti aku akan persembahkan seluruh waktu dalam hidupku ini untuk berdoa kepada-Mu”.

Tiba-tiba sebaik saja Beliau selesai berdoa, ternampak satu cahaya mendekati kepalanya. Melihat kejadian itu majikannya menjadi terlalu takut. Keesokan harinya Rabiah telah dimerdekakan.

Memperhambakan Diri

Setelah dibebaskan, Rabiatul Adawiyah pergi ke tempat-tempat sunyi untuk menjalani hidup dengan bertawaduk kepada Tuhan. Akhirnya beliau sampai ke sebuah pondok berdekatan Kota Basra. Di situ beliau hidup seperti bertapa. Segulung tikar, sebuah kendi diperbuat daripada tanah, seketul batu bata. Semuanya itu merupakan harta yang dimilikinya.

Di pondok itu keseluruhan waktunya digunakan untuk mengabdikan diri berdoa. Pada suatu hari beliau telah didatangi oleh sekumpulan orang bertujuan untuk meminangnya. Orang ramai itu adalah wakil kepada Gabenor Basra. Oleh kerana Rabiah terlalu sibuk mengabadikan dirinya kepada Allah سبحانه وتعالى maka beliaupun menolak pinangan itu dengan baik.

Pada masa yang lain, Sufian Suri seorang soleh dan dihormati datang menemui Rabiah. Sebaik saja Beliau sampai, Rabiah terus berdoa: “Ya Allah! Tuhan Yang Maha Kuasa, daku mohon harta duniawi dariMu”.

Mendengar isi doa itu, Rabiah pun menangis. Lantas Sufian Suri pun bertanya kenapa beliau menangis, maka Rabiah pun berkata : “Harta itu sesungguhnya didapati setelah meninggalkan segala yang bersifat duniawi ini, dan aku melihat anda hanya mencarinya di dunia ini saja”..

Empat Puluh Dinar

Menurut satu riwayat, ada seorang insan telah mengirim wang sebanyak empat puluh dinar kepada Rabiah, lantas beliau pun menangis sambil mengangkat tangannya berdoa : “Dikau tahu Ya Allah! Aku tidak pernah meminta harta dunia dari Mu, meskipun Dikau pencipta dunia ini. Lalu bagaimana aku dapat menerima wang dari seseorang, sedangkan wang itu sesungguhnya bukan kepunyaannya”.

Setiap kali Rabiah mengajar muridnya beliau sentiasa menasihati mereka agar jangan menunjukkan perbuatan baik itu kepada sesiapa pun, malahan mereka diharuskan menutup perbuatan baik itu sebagaimana mereka menutupi perbuatan jahat mereka.

Segala penyakit datangnya adalah atas kehendak Allah سبحانه وتعالى kerana itu Rabiah selalu menghadapinya dengan hati yang tabah dan berani. Rasa sakit yang bagaimanapun tidak pernah mengganggunya. Beliau seringkali tidak menyedari ada bahagian tubuhnya yang terluka sampai beliau diberitahu oleh orang lain.

Suatu hari Rabiatul Adawiyah telah terlanggar pokok yang menyebabkan kepalanya berdarah, kemudian seseorang telah bertanya : “Apakah anda tidak berasa sakit?”. 

Jawab Rabiah, “Aku dengan seluruh jiwa ragaku mengabdikan diri kepada Allah سبحانه وتعالى. Aku berhubung erat dengan-Nya, aku disibukkan-Nya dengan hal-hal lain daripada apa yang kamu rasakan”, jawabnya lembut.

Semasa hayatnya, banyak keajaiban telah dikaitkan dengan Rabiah. Antaranya, beliau mendapat makanan daripada tetamunya melalui jalan yang pelik-pelik. Diriwayatkan bahawa, ketika beliau sedang menghadapi sakaratul maut, Rabiah meminta teman-temannya meninggalkan beliau seorang diri. Kemudian beliau mempersilakan para utusan Allah سبحانه وتعالى datang kepadanya.

Sewaktu teman-temannya berjalan keluar mereka terdengar Rabiah mengucapkan syahadah, dan ada pula suara yang menjawab: “Jiwa, tenanglah, kembalilah kepada Tuhanmu, legalah, kembalilah kepada Tuhanmu, legalah hatimu pada-Nya, ini akan memberikan kepuasan kepadanya”.

Di antara doa-doa yang tercatat berasal dari Rabiah ialah doa yang dipanjatkannya pada waktu malam di atas bumbung rumahnya, katanya: “Oh…Tuhanku! Bintang-bintang bersinar bergemerlapan, manusia sudah tidur nyenyak dan raja-raja telah menutup pintunya, tiap orang bercinta sedang asyik dengan kesayangannya dan di sinilah aku bersendirian bersamaMu”.

Manakala doa lainnya : “Ya Allah! Apabila aku menyembahMu kerana takutkan neraka, bakarlah diriku di dalamnya. Bila aku menyembahMu kerana mengharapkan syurga jauhkan aku dari sana. Namun jika aku menyembah Mu hanya keranaMu, maka janganlah Dikau tutup keindahan abadiMu”.

Rabiatul Adawiyah telah meninggal dunia di Basra pada tahun 801 Masihi. Beliau telah dimakamkan di rumah tempat beliau tinggal. Ketika jenazahnya diusung ke perkuburan, orang-orang soleh, para sufi dan orang-orang Islam turut mengiringinya dalam jumlah yang luar biasa ramainya.

Cintailah Allah سبحانه وتعالى kerana Dia mencintai kita, tunaikanlah perintah Allah سبحانه وتعالى kerana Dia akan mengadili kita, buatlah sesuatu yang dituntut semata-mata kerana Allah سبحانه وتعالى sebab yang akan menilai setiap amal adalah Allah سبحانه وتعالى.

Apabila kita rapat dengan Allah سبحانه وتعالى maka sudah semestinya kita akan menjadi orang kesayangan Allah سبحانه وتعالى dan semua makhluknya, dan pada hari pengadilan nanti sudah tentu Allah سبحانه وتعالى tidak akan memberatkan pertanyaan ke atas hamba-Nya yang sangat takut kepada-Nya.

“Ya Allah! Jauhkanlah kami daripada fahaman-fahaman Yahudi, Nasrani dan fahaman-fahaman karut yang dapat menyesatkan kami, dan selamatkanlah kamu semua di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya akhirat itulaah tempat kami dann tujuan hidup kami”.

Sumber/Kredit: shafiqolbu.wordpress.com

Enam (6) Telaga Bersejarah Di Madinah

telaga Madinah

Telaga Bersejarah Di Madinah

Di Madinah juga terdapat beberapa telaga bersejarah yang ada kaitannya dengan Rasullulah saw dan sahabat-sahabat saw. Ada yang masih wujud lagi dan ada yang telah tertimbus kerana pembangunan. Marilah kita sama-sama teliti dan mengenal 6 telaga-telaga yang bersejarah di Madinah ini. 

1- Telaga As-Suqya

Telaga ini terletak di tanah kepunyaan Saad bin Abi Waqqas as mempunyai air yang jerniah sehingga menjadi minuman Rasullulah saw. Telaga ini asalnya di punyai oleh Malik bin Anas, bapa kepada Anas bin Malik. Tempat ini asalnya dikenali sebagai Falahan. 

Telaga ini telah terhapus. Diatasnya dijadikan jalanraya menuju ke Mekah. Lokasinya sekarang ialah kawasan yang berdekatan dengan Stesen Keretapi Anbariyah. 

2- Telaga Budha'ah

Nama Budha'ah telah disebutkan di dalam beberapa hadis sahih. Ibnu Syabbah meriwayatkan Sahal bin Saad berkata bahawa dia mengambil air dari telaga ini dengan tangannya untuk Rasullulah saw minum. 

Dia juga memberitahu dengan air telaga inilah Rasullulah saw telah mengeluarkan hukum bahawa air adalah sentiasa suci selagi ia tidak berubah disebabkan benda-benda asing. 

Rasullulah saw telah berwuduk di telaga ini dan Rasullulah saw juga telah berludah ke dalamnya. Telaga ini terletak di bahagian belakang Masjid Nabawi di kawasan yang terkenal sebagai Bab Asy-Syami. Kini telaga ini telah terhapus akibat pembangunan pesat Madinah. 

3- Telaga Ha.

Telaga ini adalah kepunyaan seorang Ansar Al-Khazraji. Rasullulah saw selalu meminum air dari telaga ini. Apabila turun ayat Al-Quran menggalakkan supaya orang-orang kaya memberikan nafkah atau sedekah harta mereka yang mereka sayang, beliau datang menghadap Rasullulah saw dan memberitahu bahawa telaga ini adalah di antara harta yang paling disayanginya dan ianya disedekahkan pada jalan Allah. Rasullulah saw menyarankan agar telaga tersebut diberikan kepada keluarganya yang terdekat. 

Kedudukannya terletak berdekatan dengan Masjid Nabawi di sebelah utara kawasan Bab Al-Majidi, di sebelah timur Telaga Budha'ah. Ia juga telah terhapus dan kini termasuk dalam binaan masjid baru. 

4- Telaga Aris atau Khatam 

Aris ialah nama seorang Yahudi yang bererti 'peladang'. Mengikut sebuah hadis riwayat Muslim daripada Abu Musa Al-Asy'ari as:"Pada suatu hari beliau berazam untuk mengikuti pergerakan baginda Rasullulah saw. Lantas beliau pergi mencari Baginda di Masjid Nabawitetapi tidak menjumpainya disitu. Beliau terus mencarinya sehingga beliau mendapati Rasullulah saw berada di dalam sebuah kebun sedang duduk di pinggir telaga dengan kakinya terjuntai ke dalam telaga itu. Beliau pun memberi salam kepada Baginda dan kembali semula ke pintu telaga itu sambil berazam untuk menjadi pengawal kepada Baginda untuk hari itu. 

Tiba-tiba pintu telaga ditolak dari luar dan Abu Musa mendapati Saidina Abu Bakar As-Siddiq berada di pintu. Abu Musa pergi memberitahu Rasullulah saw tentang kedatangan Abu Bakar itu. Rasullulah saw menyuruh Abu Musa membenarkannya masuk dan mengkhabarkan berita gembira bahawa dia (Abu Bakar As-Siddiq) adalah ahli syurga. Abu Musa pun mempersilakan Abu Bakar As-Siddiq masuk. 

Kemudian, Abu Musa terus menunggu di pintu itu sambil mengharapkan agar ada saudaranya yang datang. Tiba-tiba pintu diketuk lagi. Saidina Umar bin Al-Khattab pula muncul di muka pintu. Beliau pun pergi memberitahu Rasullulah saw dan Baginda memberi arahan seperti sebelumnya. Umar bin Al-Khattab pun masuk dan duduk di sebelah kanan Rasullulah saw dengan kaki mereka terjulur ke dalam telaga itu. 

Abu Musa pun kembali semula ke pintu dengan perasaan tertunggu siapakah lagi orang yang bertuah pada hari itu. Pintu telaga diketuk lagi dan kali ini Saidina Uthman bin Affan pula yang muncul. Abu Musa pergi meminta keizinan Rasullulah saw dan Uthman juga dibenarkan masuk. Rasullulah saw juga menjaminkan syurga untuknya (saidina Uthman) dengan sebab musibah dan fitnah yang bakal menimpa dirinya. Apabila saidina Uthman mendengarnya beliau pun mengucapkan ...... Kemudian apabila Uthman ra hendak duduk di telaga itu, tempat di sebelah Rasullulah saw telah penuh lalu beliau pun duduk berhadapan dengan mereka bertiga.

Mengikut riwayat Bukhari daripada Anas bin Malik, Rasullulah saw mempunyai sebentuk cincin yang kemudiannya diwarisi oleh saidina Abu Bakar As-Siddiq kemudiannya diwarisi pula oleh Umar Al-Khattab dan akhirnya oleh Saidina Uthman bin Affan. Pada suatu hari, dalam tahun ke enam (6) zaman pemerintahannya, Uthman bin Affan sedang duduk di pinggir telaga itu. Dengan tiba-tiba cincin yang dipakainya tertanggal daripada jarinya dan terjatuh ke dalam telaga itu. Saidina Uthman mencarinya selama tiga (3) hari tiga malam tetapi hampa. Sejak hari itu, telaga ini dikenali sebagai telaga Khatam (cincin). 

Saidina Uthman bin Affan pula terus teringat kata-kata Rasullulah saw. Benarlah sabda Baginda kerana semenjak hari itu bermulalah huru-hara dan fitnah ke atas beliau sehingga berakhir dengan syahidnya beliau ditangan seorang pembunuh. 

Hari ini telaga ini telah tiada lagi. Tapaknya sudah menjadi jalan raya iaitu disebelah barat Masjid Quba'. 

5- Telaga Al-Ghars

Ibnu Majah meriwayatkan daripada saidina Ali bin Abi Thalib bahawa Rasullulah saw bersabda:"Apabila aku mati (wafat) mandikan aku dengan tujuh (7) timba air dari Telaga Al-Ghars. 

Saidina Ali ra juga menyatakan bahawa Rasullulah saw selalu minum air dari telaga ini. Telaga ini juga telah tiada tapaknya. Dahulunya ia terletak di timur Masjid Quba' dan dikelilingi oleh pohon-pohon tamar. 

6- Telaga Ar-Rumah

Telaga yang dikenali sebagai Telaga Uthman ini asalnya dipunyai oleh seorang Yahudi yang menjual airnya kepada orang muslim. Sewaktu Rasullulah saw sampai di Madinah , tidak ada air yang sedap untuk diminum kecuali dari telaga ini. Memandangkan keadaan ini Rasullulah saw pun bersabda:"Sesiapa yang membeli telaga Ar-Rumah ini dan mewakafkan airnya kepada orang-orang miskin, dia akan diberikan pahala berdasarkan setiap timba air yang disedekahkan itu dan kelak dia akan meminum air di dalam syurga".

Menurut riwayat Ibnu Bar,saidina Uthman bin Affan telah menawarkan untuk membeli telaga itu, tetapi sebaliknya bersetuju untuk menjual separuh daripadanya sahaja dengan harga 12,000 dirham. Giliran untuk ambil air secara berselang hari juga turut dipersetujui. 

Maka pada hari giliran Saidina Uthman bin Affan semua orang islam datang mengambil air percuma itu untuk bekalan selama dua (2) hari supaya mereka tidak perlu membeli air daripada Yahudi itu pada esoknya. Melihat keadaan ini Yahudi itu menyedari bahawa perniagaannya sudah mulai merosot lalu menawarkan untuk menjual kesemua telaga itu kepada Saidina Uthman dengan tambahan sebanyak 8,000 dirham lagi, menjadikannya bernilai 20,000 dirham keseluruhannya. 

Telaga ini masih wujud hingga ke hari ini. Telaga ini terletak kira-kira 1 km dari Masjid Al-Qiblatain, iaitu di Jalan Abu Bakar As-Siddiq. Kini ia diletakkan dsi bawah jagaan Kementerian Air dan Pertanian Arab Saudi. 

Sumber : 
Rujukan Buku Madinah Kelebihan dan Sejarah 
Ustad Abdul Basit 
Halaman 106-111

Kredit/Sumber: mselim3.blogspot.my

Dosa yang tidak diampun Allah SWT walaupun dengan Taubat

Dosa yang tidak diampun Allah SWT walaupun dengan Taubat


Berikut merupakan 6 jenis dosa yang tidak diampunkan oleh Allah SWT walaupun dengan taubat. Wallahualam..

1- Makan harta anak yatim secara haram.

Untuk menghapuskan dosa tersebut pemakan harta anak yatim mesti membayar kembali harta yang telah digunakan serta memohon maaf kepada anak yatim tersebut . Jika anak yatim tersebut memaafkan perbuatannya, barulah boleh bertaubat kepada Allah SWT. Seandainya anak yatim tersebut tidak memaafkan perbuatannya maka dosanya tidak terhapus.

2- Menuduh wanita solehah berzina.

Orang yang menuduh wanita solehah hendaklah memohon maaf kepada wanita tersebut, jika wanita solehah tersebut memaafkan, maka terhapuslah dosa tersebut dan bolehlah penuduh bertaubat kepada Allah SWT. sekiranya wanita solehah tidak memaafkannya maka dosa tidak terhapus dan tidak boleh bertaubat kepada Allah SWT .

3- Lari dari medan Jihad yang memperjuangkan kalimah Allah SWT.

Mereka yang lari dari medan jihad adalah mereka yang dayus dan tidak layak memasuki Syurga, cuba kaji dalam sejarah Islam hukuman mereka yang lari dari medan Jihad sehingga Rasulullah SAW terpaksa menunggu Arahan Allah SWT untuk memaafkan kesalahan tersebut.

4- Melakukan sihir.

Mereka belajar sihir dan pengamal sihir adalah mereka yang Syirik kepada Allah SWT, memang tidak layak bertaubat kepada Allah SWT melainkan mengucap kembali kalimah Syahadah dan mesti menyerah kepada kerajaan Islam untuk melaksanakan hukuman yang sewajarnya.

5- Bersyirik kepada Allah SWT atau menyamakan kedudukan Allah SWT dengan makhluk.

Dosa syirik atau menyamakan Allah SWT dengan makhluk samada melalui niat,percakapan dan perbuatan yang disedari atau tidak disedari maka dosa ini tidak boleh bertaubat kecuali dengan mengucap kembali kedua Kalimah Syahadah dan pemerintah Islam mesti melaksanakan hukuman hudud barulah Allah SWT rela menerima kembali amal ibadat seseorang hamba yang telah menduakan Allah SWT atau menyamakan Allah SWT atau menyekutukan Allah SWT.

6- Membunuh Para Nabi yang diutuskan oleh Allah SWT.

Mereka yang membunuh Para Nabi hendaklah dihukum bunuh dan terserah kepada Allah SWT untuk mengazab mereka. Rasulullah SAW pernah mengutuskan utusan untuk membuuh mereka yang menghina atau mengejek Allah SWT dan Rasulullah SAW semasa penubuhan Negara Islam Madinah.

Kitab Tanbihul Ghafilin , Jilid 1 & 2. M/S : 532.

Kredit/Sumber: peribadirasulullah.wordpress.com
Please Subscribe my youtube channel. Tq.

Translate

CLOSE